Minggu, 10 November 2013

Hidup Jangan Tertidur !

        Untuk dapat menikmati hidup, hal terpenting yang perlu Anda lakukan adalah menjadi SADAR. Inti kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. Banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan tertidur. Mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhirnya meninggal dalam keadaan tertidur.
       Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Anda tahu di mana menyimpan uang. Anda pun tahu persis nomor pin Anda. Dan Andapun menyerahkan uang Anda pada orang tidak dikenal. Anda tahu, tapi tidak sadar. Karena itu, Anda bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang, dan harta benda.
       Pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Anda tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi Anda tidak juga melakukannya. Anda tahu memperjualbelikan jabatan itu salah, tapi Anda menikmatinya. Anda tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi Anda tidak dapat menahan godaan. Itulah contoh tahu tapi tidak sadar!
       Ada dua hal yang dapat membuat orang menjadi sadar. Pertama, peristiwa-peristiwa pahit dan musibah. Musibah sebenarnya adalah rahmat terselubung karena dapat membuat kita bangun dan sadar. Anda baru sadar pentingnya kesehatan kalau Anda sakit. Anda baru sadar pentingnya olahraga kalau kadar kolesterol Anda mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Anda baru sadar nikmatnya bekerja kalau Anda di-PHK. Seorang wanita karier baru menyadari bahwa keluarga jauh lebih penting setelah anaknya terkena narkoba. Seorang sopir taksi pernah bercerita bahwa ia baru menyadari bahayanya judi setelah hartanya habis.
       Yang kedua adalah Kematian. Kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. Bayangkan kalau Anda sedang menonton film di bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam. Petugas bioskop berkata, "Silakan Anda pulang, pertunjukan sudah selesai!" Anda protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. Tapi, si penjaga hanya berkata tegas, "Pertunjukan sudah selesai, listriknya tidak akan pernah hidup kembali."
       Itulah analogi sederhana dari kematian. Kematian orang yang kita kenal, apalagi kerabat dekat kita sering menyadarkan kita pada arti hidup ini. Kematian menyadarkan kita pada betapa singkatnya hidup ini, betapa seringnya kita meributkan hal-hal sepele, dan betapa bodohnya kita menimbun kekayaan yang tidak sempat kita nikmati.
       Hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang. Untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai tiga hal, yaitu siapa diri kita, darimana kita berasal, dan ke mana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.


       Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, "Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalam an manusiawi". Manusia bukanlah makhluk bumi melainkan makhluk langit. Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan rumah untuk mencari rumah yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangan lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa kita tak pernah mati. Yang mati adalah rumah kita atau tubuh kita sendiri.
       Coba Anda resapi paragraf diatas dalam-dalam. Badan kita akan mati, tapi jiwa kita tetap hidup. Kalau Anda menyadari hal ini, Anda tidak akan menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. Kita memang perlu hidup, perlu makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Bila Anda sudah mencapai semua kebutuhan tersebut, itu sudah cukup! Buat apa sibuk mengumpul-ngumpulka n kekayaan -- apalagi dengan menyalahgunakan jabatan -- kalau hasilnya tidak dapat Anda nikmati selama-lamanya. Apalagi Anda sudah merusak jiwa Anda sendiri dengan berlaku curang dan korup. Padahal, jiwa inilah milik kita yang abadi.
   
  
        Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peristiwa yang pahit tersebut agar kita sadar? Jawabnya: ya! Tapi kalau Anda merasa cara tersebut terlalu mahal, ada cara kedua yang jauh lebih mudah: Belajarlah MENDENGARKAN. Dengarlah dan belajarlah dari pengalaman orang lain. Bukalah mata dan hati Anda untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma Anda. Sayang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun.

dikutip dari tulisan Arvan Pradiansyah, penulis buku "You Are A Leader

Minggu, 07 Juli 2013

KALDIK 2013/2014

     Tahun ajaran baru sudah semakin dekat, bapak ibu guru sudah mulai sibuk nyiapin perangkat pembelajaran. Harapannya dapat memberikan sajian pembelajaran yang efektif bagi siswa-siswi. Dalam menyiapkan perangkat pembelajaran yang pertama dicermati tentunya kalender akademik atau sering disingkat Kaldik. Karena dengan kaldik, bapak ibu guru dapat menentukan berapa jumlah hari efektif ataupun pekan efektif dalam satu tahun pelajaran. Penghitungan pekan efektif berguna untuk menentukan distribusi waktu pembelajaran yang berhubungan erat dengan Silabus dan RPP.
    
     Pemerintah sudah mengeluarkan Kaldik 2013 yang berisi rambu-rambu perkiraan Libur, Hari-hari besar nasional, dll. Namun bapak ibu guru dapat mendownload Kaldik 2013-2014 dalam bentuk PDF yang dapat langsung diprint dan dijilid dalam perangkat pembelajaran. Selain Kaldik bapak ibu juga dapat mendownload Hari Efektif Sekolah (HES) dan Pekan Efektif (PE)

Rabu, 03 Juli 2013

FACEBOOK SEBAGAI METODE PENDEKATAN PEMBELAJARAN

       Akhir-akhir ini pendidikan di Indonesia mendapat sorotan yang cukup tajam di masyarakat, hal ini dikarenakan rendahnya mutu pendidikan mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pemerintah menyikapi hal tersebut  dengan mengadakan perombakan diberbagai bidang diantaranya ditetapkannya standar kelulusan, peningkatan kompetensi pendidik, sampai yang terbaru diterapkannya kurikulum 2013.
       Lepas dari semua itu, pendidikan memang merupakan tugas bersama, antara masyarakat, pemerintah, dan guru merupakan salah satu elemen diantaranya. Namun harus diakui bahwa peran guru cukup vital karena merekalah yang bersentuhan langsung dengan siswa. Sosok guru diharapkan mampu berperan tidak hanya menyampaikan materi namun juga mendekati siswa dari sisi psikologis.
       Keterkaitan emosi (rasa happy) dengan penerimaan stimulus erat kaitannya dengan kerja otak, yaitu pembentukan koneksi synaps. Semakin banyak koneksi yang terbentuk maka informasi di otak akan semakin banyak. Pembelajaran dapat berjalan dengan baik ketika siswa memiliki sikap positif dan merasa aman secara emosional (Schunk, 2012 ; 93).  Dalam kaitannya dengan hal itu guru perlu mengembangkan metode-metode pendekatan pembelajaran yang asyik dan menyenangkan. Sehingga siswa tidak merasa ada jarak dengan guru, menganggap guru adalah partner, teman diskusi, dan teman curhat (mungkin ?).
       Akhir-akhir ini Internet di Indonesia sudah menyentuh hampir semua lapisan masyarakat. Di toko yang menjual handphone misalnya, hampir semua HP sudah dilengkapi dengan fasilitas Internet, utamanya facebook.  Guru bisa memanfaatkan media jejaring social ini untuk mendekati siswa, berdiskusi, merangkum materi, mengerjakan tugas, dll. Siswa diarahkan menggunakan fb ini untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, tidak hanya narsis dengan up date status.
       Artikel “Pembelajaran Asyik Sambil Facebook-an” menjadi semacam alternative pilihan pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mendekati sisi psikologis siswa. Karena popularitas facebook yang sedemikian besar (hampir 90% siswa memilki akun di FB), hal ini dapat dimanfaatkan oleh guru. Namun perlu ditekankan bahwa jejaring sosial ini hanya bagian dari pembelajaran, bukan menggantikan peran guru. Seorang guru harus tetap hadir dihadapan siswa memberikan pembelajaran secara langsung. Tujuan utama penggunaan jejaring sosial ini adalah didapatkannya  informasi (feedback) dari siswa, sehingga guru tahu sampai dimana materi tersebut telah diserap oleh siswa.

Esti Widiawati
Guru SMP N 1 Klambu

Selasa, 28 Mei 2013

Surat Al Fatihah, “Wajib dibaca !!”

        Al Fatihah. Karena sudah menjadi “kewajiban” yang dilaksanakan sehari-hari, terkadang kita sendiri tidak menyadari kandungan makna dari masing-masing ayat dalam surat tersebut. Baru-baru ini media terbesar dan terpercaya Spanyol ‘Marca’ memberitakan jika Mesut Ozil, pemain muslim asal Jerman yang berdarah Turki dan merupakan rekan Ronaldo satu timnya, menyatakan Cristiano Ronaldo sudah hapal huruf hijaiyah, dan juga sudah hapal surat favoritnya, yaitu surat Al- Fatihah.
        Ronaldo sendiri membenarkan kesaksian dari Ozil, “Banyak yang tidak percaya kalau saya mengagumi Al-Quran, tapi memang begitulah kenyataannya, setiap Ozil membaca Al-Quran, saya senantiasa merasa damai, dan hati saya pun menjadi sejuk,” kata Ronaldo kepada Media Spanyol. Mesut OziL juga menceritakan bahwa, “Cristiano Ronaldo selalu menunggu saya selesai Sholat di rest room, saya tahu dia ingin mendengar saya mengaji,” timpal Ozil.
Cristiano Ronaldo, kembali berkata, “Saya sudah hafal Al-Fatihah, mungkin nanti saya akan minta diajarkan berwudhu, saya sangat senang,” kata Ronaldo. Bahkan, CR7 sangat senang mendengarkan Ozil membaca Al-Quran sebelum bertanding dan merasa yakin Real Madrid menang di pertandingan, jika sebelum pertandingan, Ozil membaca Al-Quran.
        Selain Ozil yang selalu membaca Al-Fatihah sebelum pertandingan dan CR7 yang selalu mendengarkan bacaan tersebut, Samir Nasri gelandang Manchester City,  setiap sebelum bertanding mengaku selalu meninggalkan rekan-rekannya untuk sementara waktu guna berdoa kepada Allah SWT. Hal itu dilakukannya agar ketika di lapangan bisa fokus bermain dengan bagus. Membaca surat Al Fatihah bagi Nasri merupakan sebuah kewajiban dan itu pernah diungkapkannya kepada media beberapa tahun lalu. Namun demikian, mantan bintang Arsenal itu menegaskan rahasia praktik ritual yang selalu dilakukannya di stadion itu lewat akun instagram miliknya, @nasrisamir8; “At the beginning of each game, I isolate a few second to raise my both hands to heaven, to recite the Fatiha #8 #SN8 (Di permulaan setiap pertandingan, saya menyendiri untuk beberapa detik guna berdoa mengangkat kedua tangan menghadap ke surga, untuk melafalkan surat Al fatihah),” ujar Nasri.
        Begitulah benyak orang telah mengamalkan surat Al Fatihah dalam aktivitasnya sehari-hari. Tidak hanya muslim namun seorang katolik yang taat seperti CR7 meyakini kekuatan surat ini. Sebenarnya apa makna yang terkandung sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda yang artinya, “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al Fatihah).” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu). Artinya shalat seseorang dianggap tidak sah jika tidak membaca Al-Fatihah.
        Tidak ada sesuatu pun yang bisa mewakili kedudukan surat Al-Fatihah ini. Karena itu Allah tidak menurunkan di dalam Taurat, Injil maupun Zabur, surat yang menyerupai Al-Fatihah. Surat Al-Fatihah mencakup berbagai macam induk tuntutan yang tinggi. Ia mencakup pengenalan terhadap sesembahan yang memiliki tiga nama, yaitu Allah, Ar Rabb dan Ar-Rahman. Tiga asma ini merupakan rujukan Asma’ul-Husna dan sifat-sifat yang tinggi serta menjadi porosnya.
        Surat Al-Fatihah menjelaskan Ilahiyah, Rububiyah dan Rahmah. Iyyaka na’budu merupakan bangunan di atas Ilahiyah, Iyyaka nasta’in di atas Rububiyah, dan mengharapkan petunjuk kepada jalan yang lurus merupakan sifat rahmat. Al-Hamdu mencakup tiga hal: Yang terpuji dalam Ilahiyah-Nya, yang terpuji dalam Rububiyah-Nya dan yang terpuji dalam rahmat-Nya.
        Surat Al-Fatihah juga mencakup penetapan hari pembalasan, pembalasan amal hamba, yang baik dan yang buruk, keesaan Allah dalam hukum, yang berlaku untuk semua makhluk, hikmah-Nya yang adil, yang semua ini terkandung dalam maliki yaumiddin.

Tafsir Surat Al Fatihah
Ayat Pertama :
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
“Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin.”
        Segala pujian beserta sifat-sifat yang tinggi dan sempurna hanyalah milik Allah suhanahu wata’ala semata. Tiada siapa pun yang berhak mendapat pujian yang sempurna kecuali Allah SWT. Keberadaan Allah sebagai Rabbul-’alamin. Dengan kata lain, tidak layak bagi Allah untuk membiarkan hamba-hamba-Nya dalam keadaan sia-sia dan terlantar, tidak memperkenalkan apa yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat mereka, serta apa yang mendatangkan mudharat di dunia dan di akhirat. Dia pula adalah Sang Pemberi rezeki, yang mengaruniakan nikmat yang tiada tara dan rahmat yang melimpah ruah. Tiada seorang pun yang sanggup menghitung nikmat yang diperolehnya. Disisi lain, ia pun tidak akan sanggup membalasnya. Amalan dan syukurnya belum sebanding dengan nikmat yang Allah suhanahu wata’ala curahkan kepadanya. Sehingga hanya Allah SWT yang paling berhak mendapatkan segala pujian yang sempurna.
Setiap muslim yang mengerjakan shalat pastilah akan membaca surat
        Maybudi menyuguhkan penjelasan puitis tentang tanda-tanda kebesaran Allah SWT; Allah berfirman, “Wahai anak Adam ! jika kamu ingin mengetahui tanda-tanda dan panji-panji Keesaan Allah dan mengenali tanda-tanda Ketunggalan-Nya, bukalah mata pikiran dan akal, jelajahi alam jiwa, dan pandanglah asal-usul penceptaanmu.
        Engkau hanyalah seganggam tanah, sebuah tangkai bayang-bayang dalam kegelapan ketidaktahuanmu sendiri, kebingungan dalam kegelapan sifat-sifat. Lalu, hujan cahaya mulai turun dari langit segenap rahasia: ‘Dia tuangkan cahaya-Nya kepada mereka’. Bumi berubah menjadi bunga melati dan batu menjadi mutiara. Tangkai tebal jadi bernilai karena cabang lunak ini. Bumi menjadi murni, kegelapan menjadi cahaya.

Ayat Kedua :
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
“Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.”
        Ar Rahman dan Ar Rahim adalah Dua nama dan sekaligus sifat bagi Allah suhanahu wata’ala, yang berasal dari kata Ar Rahmah. Makna Ar Rahman lebih luas daripada Ar Rahim. Ar Rahman mengandung makna bahwa Allah suhanahu wata’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, baik yang beriman atau pun yang kafir. Sedangkan Ar Rahim, maka Allah suhanahu wata’ala mengkhususkan rahmat-Nya bagi kaum mukminin saja. Sebagaimana firman Allah suhanahu wata’ala: “Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. (Al Ahzab: 43).
        Rahmat Allah mencegah-Nya untuk menelantarkan hamba-Nya dan tidak memperkenalkan kesempurnaan yang harus mereka cari. Dzat yang diberi asma Ar-Rahman tentu memiliki tanggung jawab untuk mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab. Tanggung jawab ini lebih besar daripada tanggung jawab untuk menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman dan mengeluarkan biji-bijian. Konsekuensi rahmat untuk menghidupkan hati dan ruh, lebih besar daripada konsekuensi menghidupkan badan.
        Menurut Maybudi (dalam Murata) dikatakan bahwa “Manakala Dia memberi, Dia memberi karena kemurahan-Nya sendiri semata-mata, bukan karena engkau layak menerimanya. Dia memberi karena kedermawanan-Nya, bukan karena engkau sujud kepada-Nya. Dia memberi melalui anugerah dan rahmat-Nya, bukan karena amal-amal kebaikan yang engkau kerjakan. Dia memberi karena Dia adalah Tuhan, bukan karena engkau tuan tanah”.

Ayat Ketiga :
مَالِكِ يِوْمِ الدِّيْنِ
“Yang menguasai hari kiamat.”
        Para ‘ulama ahli tafsir telah menafsirkan makna Ad Din dari ayat diatas adalah hari perhitungan dan pembalasan pada hari kiamat nanti. Umur, untuk apa digunakan? Masa muda, untuk apa dihabiskan? Harta, dari mana dan untuk apa dibelanjakan? Tiada seorang pun yang lepas dan lari dari perhitungan amal perbuatan yang ia lakukan di dunia. Penyebutan yaumid-din, yaitu hari di mana Allah akan memberikan pembalasan terhadap amal hamba. Dia memberikan pahala kepada mereka atas kebaikan, dan menyiksa mereka atas keburukan dan kedurhakaan. Tentu saja Allah tidak akan menyiksa seseorang sebelum ditegakkan hujjah atas dirinya.
        Dalam diskusinya tentang surat Qaaf (ayat 17&18): “(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. Dituturkan bahwa ada dua malaikat yang diberi tugas mengawasi seseorang, pun duduk seperti layaknya hamba sahaya. Yang sebelah kanan mencatat kebaikannya, sementara yang sebelah kiri mencatat seluruh keburukannya.
        Dikatakan bahwa malaikat yang mencatat amal-amal kebaikan digilir bergantian setiap hari dengan mengirimkan malaikat yang lain. Hikmahnya adalah bahwa kelak dia akan mempunyai banyak saksi bagi seluruh amal kepathan dan ketaannya. Akan tetapi, malaikat yang mencatat amal-amal kebrukan tidak digilir, agar hanya satu malaikat saja yang mengetahui berbagai kelemahan dan kekurangan dalam diri seseorang.
        Malaikat sebelah kanan  adalah pembawa karunia (fadhl) yang berkuasa terhadap malaikat sebelah kiri yang merupakan  penegak keadilan (‘adl). Tuhan berkata : “Wahai malaikat sebelah kanan tulislah sepuluh amal kebaikan untuk setiap kebaikan yang dilakukannya. Wahai malaikat sebelah kiri tulislah hanya yang diperintahkan oleh malaikat sebelah kanan kepadamu”. Manakala seorang hamba melakukan dosa, maka malaikat sebelah kanan berkata ; “Tunggulah selama tujuh hari sebelum engkau menuliskannya. Barangkali dia akan bertaubat dan memohon ampun”. Arti dari semua ini adalah ketetapan Allah : “Rahmat-Ku mendahului murka-Ku”

Ayat Keempat :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنَ
        “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.”
Secara kaidah etimologi (bahasa) Arab, ayat ini terdapat uslub (kaidah) yang berfungsi memberikan penekanan dan penegasan. Yaitu bahwa tiada yang berhak diibadahi dan dimintai pertolongan kecuali hanya Allah suhanahu wata’ala semata. Sesembahan-sesembahan selain Allah itu adalah batil. Maka sembahlah Allah suhanahu wata’ala semata.
        Sementara itu, disebutkan permohonan tolong kepada Allah setelah perkara ibadah, menunjukkan bahwa hamba itu sangat butuh kepada pertolongan Allah SWT untuk mewujudkan ibadah-ibadah yang murni kepada-Nya. Selain itu pula, bahwa tiada daya dan upaya melainkan dari Allah suhanahu wata’ala. Maka mohonlah pertolongan itu hanya kepada Allah suhanahu wata’ala. Tidak pantas bertawakkal dan bersandar kepada selain Allah suhanahu wata’ala, karena segala perkara berada di tangan-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah suhanahu wata’ala (artinya): “Maka sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya”. (Hud: 123)
        Dalam kaitan dengan ayat keempat ini Dr Sachico Murata dalam bukunya The Tao of Islam menyitir kata-kata Ahmad Sam’ani, seorang sufi, “Hanya kepadaMu kami beribadah, maka Allah berkata (kepada malaikat) terima saja semua yang ia bawa ; Hanya kepadaMu kami minta pertolongan, dan Allah berkata (kepada malaikat) berikan apa saja yang dia minta”. Perhatikan bahwa Allah tidak pernah meminta kepada kita sebagai hambaNya. Setiap muslim mempunyai kadar yang berbeda dalam kekhusyukkan ibadah, namun Allah akan menerima segala ibadah kita dengan kata-kata : terima saja semua yang ia bawa, dan Allah sebaik-baiknya pembalas dia berkata : berikan apa saja yang dia minta.

Ayat kelima :
اهْدِنَا الصَّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukkanlah kami ke jalanmu yang lurus.”
        Yaitu jalan yang terang yang mengantarkan kepada-Mu dan jannah (surga)-Mu berupa pengetahuan (ilmu) tentang jalan kebenaran dan kemudahan untuk beramal dengannya. Hidayah adalah keterangan dan bukti, berupa taufik dan ilham. Bukti dan keterangan tidak diakui kecuali yang datang dari para rasul. Jika ada bukti dan keterangan serta pengakuan, tentu akan ada hidayah dan taufik, iman tumbuh di dalam hati, dicintai dan berpengaruh di dalamnya. Hidayah dan taufik berdiri sendiri, yang tidak bisa diperoleh kecuali dengan bukti dan keterangan. Keduanya mencakup pengakuan kebenaran yang belum kita ketahui, baik secara rinci maupun global. Memohon hidayah mencakup permohonan untuk mendapatkan segala kebaikan dan keselamatan dari kejahatan.
        Dalam penjelasannya mengenai jalan lurus yang disebtnya sebagai cahaya, Maybudi menulis : “Ya, Kami-lah yang menghiasi dan melukis. Kami menghiasi dengan cahaya Kami, kepada siapa saja yang Kami kehendaki. Mereka akan sampai pada Kami melalui cahaya nasib baik cahaya keagungan Kami”.
Seorang syaikh ditanya, “Apa tanda cahaya itu?” Dia menjawab, “Tandanya ialah bahwa melalui cahaya itu sang hamba mengenal Allah tanpa menemukan-Nya, mencintai-Nya tanpa melihat-Nya, berpaling dari kesibukan dan perenungan akan dirinya sendiri menuju kekesibukan dan perenungan akan diri-Nya. Dia menemukan kemudahan dan ketenangan di jalan-Nya”.

Ayat keenam ;
صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
“Yaitu jalannya orang-orang yang engkau beri kenikmatan.”
        Siapakah mereka itu? Meraka adalah sebagaimana yang dalam firman Allah suhanahu wata’ala: “Dan barang siapa yang menta’ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah sebaik-baik teman. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan Allah cukup mengetahui”. (An Nisaa’: 69-70.
        Setiap muslim adalah orang yang dinugerahi nikmat oleh Allah, karena hakekat manusia terletak pada keseimbangan antara diri mereka dan dua tangan Tuhan. Seperti Tuhan, yang dari-Nya manusia dicitrakan, kedua dimensi dasar manusia adalah aktivitas dan reseptivitas, keagungan dan keindahan. Untuk menegakkan kembali hirarki normative, sikap reseptif manusia harus terbuka terhadap petunjuk Illahi. Dan aktivitas mereka harus diarahkan melawan kesadaran terbatas mereka sendiri. Sifat pertama dikenal sebagai “penyerahan” dan “penghambaan”. Sifat kedua dikenal sebagai “perjuangan” (jihad, mujahadah). Nabi sendiri pernah berkata bahwa perjuangan yang lebih besar daripada memerangi orang kafir adalah perjuangan melawan diri sendiri. Orang yang mampu mengalahkan nafsunya sendiri adalah orang yang telah dilimpahi nikmat oleh Allah SWT.

Ayat ketujuh ;
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِيْنَ
“Dan bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.”
        Manusia bisa dibagi menjadi tiga golongan ini (golongan yang diberi nikmat, yang mendapat murka dan yang sesat). Hamba ada yang mengetahui kebenaran dan ada yang tidak mengetahuinya. Yang mengetahui kebenaran ada yang mengamalkan kewajibannya dan ada yang menentangnya. Orang yang mengetahui kebenaran dan mengamalkannya adalah orang yang mendapat rahmat, dialah yang mensucikan dirinya dengan ilmu yang ber-manfaat dan amal yang shalih, dan dialah yang beruntung. Orang yang mengetahui kebenaran namun mengikuti hawa nafsunya, maka dia adalah orang yang mendapat murka. Sedangkan orang yang tidak mengetahui kebenaran adalah orang yang sesat.
        Orang-orang yang dimurkai Allah SWT adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran akan tetapi enggan mengamalkannya, mereka itu adalah kaum Yahudi . Karena itu orang-orang Yahudi lebih layak mendapat murka. Sedangkan orang yang tidak mengetahui kebenaran lebih pas disebut orang yang sesat, dan inilah sifat yang layak diberikan kepada orang-orang Nashara.

      Dalam Sebuah Hadits Qudsi Allah SWT ber-Firman : “Aku membagi Shalat menjadi dua bagian, untuk Aku dan untuk Hamba-Ku”. Artinya, tiga ayat diatas Iyyaka Na’budu Wa iyyaka nasta’in adalah Hak Allah, dan tiga ayat kebawahnya adalah urusan Hamba-Nya.
•    Ketika Kita mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin”. Allah menjawab, ”Hamba-Ku telah memuji-Ku”.
•    Ketika kita mengucapkan “Ar-Rahmanir-Rahim”, Allah menjawab, “Hamba-Ku telah mengaagungkan-Ku”.
•    Ketika kita mengucapkan “Maliki yaumiddin”, Allah menjawab, “Hamba-Ku memuja-Ku”
•    Ketika kita mengucapkan “Iyyaka na’ budu wa iyyaka nasta’in , Allah menjawab, “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku”.
•    Ketika kita mengucapkan “Ihdinash shiratal mustaqiim, Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghdhubi alaihim waladdhooliin.” Allah menjawab, “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku. Akan Ku penuhi yang ia minta.” (H.R. Muslim dan At-Turmudzi)
        Ahmad Sam’ani mengkontraskan penghambaan dan cinta dengan merenungkan berbagai implikasi dari perjanjian “Bukankah Aku” (Alastu). Sebelum menciptakan manusia dimuka bumi ini, Allah berkata kepada mereka, “Bukankah Aku (alastu) Tuhanmu ?” Mereka semua menjawab, “Benar, kami bersaksi” (QS Al A’raf :172).
        Perjanjian inilah yang menurut Sam’ani melahirkan sejumlah hubungan. Hubungan cinta dengan batin dan Ruh, dan penghambaan dengan jasad dan raga. Ruh adalah tinggi dan dekat dengan Allah, yang layak mencintaiNya. Raga adalah rendah dan jauh dari Allah, yang pantas beribadah kepadaNya. Ibadah atau penyembahan (‘ibadah) adalah sifat sang hamba yang mematuhi perintah sang raja (Tuhan).
        Karena kandungan isi surat Al-Fatihah yang sangat mendalam ini, berhentilah sejenak setelah membaca setiap satu ayat. Rasakanlah jawaban indah dari Allah karena Allah sedang menjawab ucapan kita. Selanjutnya kita ucapkan “Aamiin” dengan ucapan yang lembut, sebab Malaikatpun sedang mengucapkan hal yang sama dengan kita. Barang siapa yang ucapan “Aamiin-nya” bersamaan dengan para Malaikat, maka Allah akan memberikan ampunan untuk dosa-dosanya yang lalu.

Penulis : Esti Widiawati
Sumber:
http://assalafy.org/
http://www.dakwatuna.com/
http://www.mizan.com/buku_full/the-tao-of-islam.html
Sachico Murata. 1999. The Tao of Islam. Mizan, Bandung

Rabu, 17 April 2013

KONSTRUKTIVISME



KONSTRUKTIVISME :
"PENGETAHUAN DIBANGUN SENDIRI BUKAN DITRANSFER DARI ORANG LAIN"

        Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan (epistemologi) yang mempertanyakan :  “Apa itu pengetahuan ?” dan “Bagaimana orang membangun pengetahuannya ?” . Dalam  dunia pendidikan aliran konstruktivisme sendiri yang dikemukakan oleh Piaget (1896-1980) dan Vygotsky (1896-1934) menyatakan bahwa Pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) kognitif oleh seseorang terhadap obyek, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan bukan sekedar kumpulan fakta, atau “barang jadi” yang tinggal diambil, atau ditransfer dari seorang kepada orang lain. Meskipun baik Piaget maupun Vygotsky mempunyai pandangan yang sama tentang pengetahuan yang dibangun dalam proses pembelajaran, namun ada beberapa sedikit sudut pandang yang agak berbeda antara keduanya.
        Perbedaan pandangan antara Piaget dan Vygotsky adalah :
Piaget membahas tentang Kontruktivisme Psikologis Personal dalam Teori Adaptasi Intelektual.
        Dalam teori itu dikemukan beberapa konsep mengenai pengetahuan yaitu adanya :
1. Skema.  Setiap orang memiliki struktur kognitif yang disebut skema. Dengan skema orang beradaptasi       dan mengkoordinasi obyek, pengalaman dan lingkungannya.
2. Asimilasi.  Ketika orang berinteraksi dengan obyek, pengalaman dan lingkungan yang baru, secara kognitif orang dapat mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema yang sudah dimiliki. Proses kognitif ini disebut asimilasi. Dengan asimilasi skema seseorang dapat terus berkembang.
3. Akomodasi. Dapat pula terjadi pengalaman baru tidak dapat diintegrasikan ke dalam skema dengan proses asimilasi, misalnya dikarenakan  tidak cocok dengan skema yang sudah  ada. Orang lalu secara kognitif membentuk skema baru, atau memodifikasi skema yang sudah ada, agar cocok dengan pengalaman baru itu. Proses kognitif itu disebut akomodasi.
4. Ekuilibrasi. Proses asimilasi dan akomodasi berlangsung terus menerus. Proses pengaturan diri secara mekanis agar terjadi keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi, disebut ekuilibrasi.
        Piaget juga membagi  Perkembangan Kognitif anak menjadi 4 tahap :
a. Sensorimotor (0 – 2 tahun), pada tahap ini biasanya anak mengandalkan observasi panca indera dan  gerakan tubuh
b. Praoperasi (2 – 7 tahun), Tahap pra-operasional ini ditandai oleh beberapa hal, antara lain : egosentrisme, ketidakmatangan pikiran / ide / gagasan tentang sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan antara simbol dan objek yang mereka wakili, kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada satu waktu dan kebingungan tentang identitas orang dan objek.
c. Operasi Konkrit (8 – 11 tahun), tahap ini seorang anak belum terbisa menggunakan operasi hitung, biasanya mereka masih kesulitan nemun mereka mengerti  ada hubungan antara angka-angka dan bahwa operasi dapat dilaksanakan menurut aturan tertentu. Pada tahap ini anak menunjukkan permulaan dari kapasitas logika orang-orang dewasa.
d. Operasi Formal (11 tahun ke atas) tahap ini merupakan tahap akhir yang menurut Piaget merupakan kedewasaan kognitif. Pada tahap ini anak mempunyai  kemampuan klasifikasi, berpikir logis, dan kemampuan hipotetis.
Sedangkan Vygotsky mengemukakan Konstruktivisme Psikologis Sosiokultural .
        Ada beberapa konsep dasar dari Konstruktivisme psikologis sosiokultural ini :
1. Konsep Spontan.
Konsep spontan adalah hasil generalisasi dan internalisasi pengalaman pribadi sehari-hari. Konsep spontan tidak diperoleh melalui pembelajaran secara sistematis, sehingga bisa saja salah.
2. Konsep Ilmiah.
Konsep ilmiah adalah generalisasi atas pengalaman manusia yang dibakukan dalam ilmu pengetahuan dan diajarkan melalui pembelajaran yang sistematis, sehingga lebih terjamin kebenarannya.
3. Hukum Genetik dari Perkembangan (Genetic Law of Development).
Menurut Vygotsky setiap kemampuan seseorang yang belajar  tumbuh dan berkembang melewati dua tataran.
     * Pertama tataran sosial. Pada tataran ini pengetahuan dibangun melalui interaksi sosial di antara  orang-orang yang membentuk lingkungan sosial pembelajar. Tumbuh kembangnya kemampuan siswa pada tataran ini disebut sebagai kategori interpsikologis atau intermental.
     * Kedua tataran psikologis di dalam diri siswa.  Pada tataran ini terjadi proses internalisasi, sehingga terbangun konsep baru. Tumbuh kembangnya kemampuan pembelajar pada tataran ini disebut sebagai kategori intrapsikologis atau intramental.
4. Zone of Proximal Development (ZPD).
ZPD dapat dipandang sebagai sejenis wilayah penyangga di mana dalam wilayah ini siswa dapat mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi. Dalam wilayah ini, fungsi-fungsi atau kemampuan- kemampuan yang belum matang namun sedang dalam proses menjadi matang, akan menjadi matang lewat interaksi dan bimbingan orang dewasa atau berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten.
5. Scaffolding.
Pada ZPD seorang siswa membutuhkan bimbingan, bantuan dari orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten agar dapat mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi. Proses membimbing dan membantu ini disebut scaffolding atau topangan.
6. Mediasi.
Interaksi sosial dapat berlangsung jika dimediasikan dengan alat-alat psikologis (psychological tools) berupa bahasa, tanda dan lambang atau semiotika. Vygotsky sangat menekankan fungsi mediasi dari bahasa.
       
Kedua jenis teori baik yang dipaparkan oleh Piaget maupun Vygotsy mempunyai kesamaan yaitu keduanya mengakui adanya pengetahuan atau konsep awal. Piaget menyebutnya skema, Vygotsky menyebutnya konsep spontan. Selain itu keduanya sepakat bahwa pengetahuan itu dibangun oleh siswa, bukan proses transfer dari guru ke siswa. Dalam proses konstruksi pengetahuan, Piaget lebih menekankan peran personal, sedang Vygotsky lebih menekankan peran sosiokultural.
        Implikasi yang penting bagi siswa adalah :
   a) Belajar adalah kegiatan aktif dari siswa mengkonstruksi (membangun) pengetahuan, tidak sekedar mengumpulkan fakta.
   b) Siswa memasuki kelas tidak dengan kepala kosong. Siswa sudah membawa konsep awal yang bermacam-macam. Juga membawa perbedaan, bahkan kesalahan.
   c) Siswa memiliki cara sendiri (kekhasan) untuk membangun pengetahuan. Siswa perlu mengenali kekhasan dirinya dan mencoba bermacam-macam cara belajar.
   d) Pengetahuan dibangun secara individual dan sosial. Siswa perlu belajar bersama.
Belajar memerlukan interaksi sosial dengan orang yang lebih tahu. Belajar juga merupakan proses dimana seseorang masuk dalam kultur orang terdidik. (Figure 1 dapat dilihat perbedaan antara pembelajaran tradisional, pembelajaran dengan bentukan tingkah laku, konstruktivisme, dan penemuan)
       
Bagi guru sendiri perlu dipahami bahwa mengajar berarti memberi peluang dan fasilitas agar proses mengkonstruksi pengetahuan bisa terjadi. Mengajar bukan proses memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa selain itu perlu kiranya guru menyadari perannya sebagai  mediator dan fasilitator dengan fungsi : a. menyediakan pengalaman belajar b. menyediakan kegiatan-kegiatan yang merangsang c. Memonitor, mengevaluasi memberi topangan selama poses siswa belajar. d. memberi umpan balik.
        Evaluasi pada siswa menurut Konstruktivisme menekankan pada penyusunan makna, kecakapan terintegrasi, masalah konteks nyata.  Menggali munculnya berpikir devergen, pemecahan ganda, bukan hanya satu jawaban benar. Selain itu evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar, penerapan apa yang dipelajari dalam konteks nyata dan lebih menekankan ketrampilan proses dalam kelompok.
        Untuk dapat membangun pengetahuan siswa guru hendaknya: mengetahui cara berfikir siswa, melihat siswa sebagai anak yang sudah memiliki pengetahuan dasar, mengerti sifat kesalahan siswa, membiarkan siswa menemukan sendiri caranya dalam problem solving, memahami konteks materi dan pengalaman siswa, dan menggunakan berbagai macam strategi siswaan yang dapat memfasilitasi KBM di kelas dengan lebih asyik.
        Dalam kaitannya dengan strategi pembelajaran, yang dapat digunakan dalam pembelajaran konstruktivisme antara lain :
- Strategi Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry Based Learning)
- Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
- Strategi Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching & Learning = CTL)
- Strategi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Penulis : Esti Widiawati
(Guru SMP N 2 Godong)
Referensi :
Piaget, J., dan Inhelder, B. (1962). The Psychology of the Child. New York:Basic Books
Pendekatan Konstruktivis Pada Pembelajaran IPA, Esti Widiawati

Sabtu, 23 Maret 2013

Pendidikan Karakter dan The Broken Windows Theory



      Kasus merosotnya moral siswa sekolah semakin menjadi-jadi. Hampir tiap hari ditelevisi maupun Koran-koran memberitakan adanya kasus tawuran, pemalakan, obat-obat terlarang, bullying, bahkan sex bebas. Tidak tanggung tanggung pelakunya mulai siswa Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah. Banyak disinyalir penyebabnya adalah media informasi yang semakin mudah diakses anak. Seperti internet, televisi, CD, bahkan handphone yang notabene dulunya merupakan media komunikasi sudah berubah fungsi menjadi media interteinment. HP yang dapat dibeli dengan harga terjangkau masyarakat dengan fasilitasnya yang sangat lengkap mulai memutar lagu, merekam video, memutar film.

  • Pada suatu sore didekat langgar santri-santri kecil dikejutkan dengan peristiwa penusukan yang menimpa temannya. Selidik punya selidik ternyata baik si penusuk maupun yang ditusuk adalah santri-santri yang sekolah ngaji setiap sore di langgar tersebut. Kasus segera dilaporkan ke polisi, si pelaku yang berstatus siswa kelas 1 smp di depan polisi menjelaskan sebab  penusukan tersebut karena dia sakit hati sering diejek oleh temannya tersebut.
  • Kasus tidak kalah miris adalah ditemukannya video amatir yang berisi adegan tidak semestinya antara siswa dengan siswi temannya di atas bangku kelas.  Peristiwa yang sengaja direkam lewat handphone oleh si pelaku ini tidak sengaja dibuka oleh teknisi service HP karena HP tersangka rusak dan diservice ditempatnya. Video tersebut segera dilaporkan ke polisi, dan pelaku mengaku melakukannya di sekolah SMA  setahun yang lalu.
  • Tidak tahan karena setiap hari disekolah diledeki temannya, seorang siswi SMP bunuh diri. Sungguh cerita tragis, mungkin tanpa disadarii teman-temannya, ejekan yang tekesan hanya begitu saja telah membuat siswa kelas 9 SMP yang beberapa  minggu  lagi menempuh Ujian Akhir Nasional itu sedemikian tertekan. Rasa malu karena mempunyai bapak seorang penjual bubuk keliling, membuatnya memutskan untuk gantung diri di kamarnya.
  • Dua siswa kelas 7 SMP babak belur dimassa karena ketahuan mencuri bensin eceran 2 lt di pinggir jalan. Sungguh naas siswa tersebut, hanya karena bensin seharga 10 ribu rupiah dia harus ngebut dijalan ketika aksinya diketahui si pemilik kios. Akibat ngebutnya itu dia menabrak seorang pengemudi motor dan meninggal seketika, dan ketika akhirnya menabrak warung makan dipinggir jalan habislah dia dipukuli massa.
  • Pagi buta seorang penjaga sekolah ketika membersihkan halaman mendengar suara-suara yang “aneh” berasal dari ruangan rusak sekolah. Ruangan tersebut dulunya adalah ruang kelas namun karena kondisinya rusak termasuk kusen jendela yang terbuka dan pian-pian yang dimakan rayap maka kelas tersebut dikunci dan tidak terpakai. Namun sungguh aneh ada suara dari dalam sana dan ditemukannya sepeda yang terparkir disemak-semak. Si penjaga mengendap-endap dan apa yang dilihatnya sungguh membuat dia ngeri, ada seorang wanita dan pria yang dia tahu betul alumni siswa di SMP tersebut yang rumahnya memang tidak jauh dari sekolah sedang bertelanjang bulat.
  • Anak SMP mengaku bersedia di booking 100 rb untuk tidur dengan pria. Pada suatu kesempatan disebuah warung kecil seorang siswi SMP ditawari uang 50 rb jika mau diajak “mojok”. Setelah tawar menawar jadilah 100 rb karena si cewek mengaku masih perawan.

     Kasus MBA (married by accident) yang menimpa siswi baik di SD, SMP, maupun SMA/SMK sangatlah banyak, apakah semua itu semata-mata kurangnya pendidkan karakter di sekolah?
Pada suatu waktu ketika siswa di sidak HP, tenyata hanya ditemukan tidak lebih dari 3 anak dalam satu kelas yang membawa HP disekolah (ada peraturan dilarang membawa HP disekolah), namun penulis pernah menanyakan siapa saja yang mempunyai HP di rumah, Hpnya sendiri bukan punya ortunya, ternyata hanya 1 anak yang tidak mengacungkan jari. Artinya hampir 90% lebih siswa SMP mempunyai HP. Nah bukankah hal  yang seperti itu juga ada andil orang tua, yang menyediakan fasilitas pada anaknya dengan HP yang canggih. Perlu dicatat HP jaman sekarang bukan lagi hanya menjadi sarana komunikasi namun lebih bergeser ke sarana entertaiment. Hampir  semua HP mempunyai fasilitas video, baik untuk merekam maupun memutar, kamera, dll. Bahkan alat penyimpan file (MMC/MSD) sedemikian murah hanya dengan beberapa puluh ribu kita sudah mendapatkan MSD hingga 4 GB (ada berapa “film pendek” yang bisa direkam??).
     Jam belajar siswa SD mulai jam 7 pagi sampai 11 siang, SMP jam 7 pagi sampai 12 siang dan SMA/SMK sekitar 6 jam disekolah. Jika satu hari ada 24 jam berapa sisa jam dihabiskan anak? Tentunya digunakan bermain, belajar, dll yang merupakan tanggung jawab orang tua. Tidak bermaksud melemparkan tanggung jawab, namun semestinyalah nasib generasi muda adalah tanggung jawab bersama. Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama (yang memilih orang tua menjadi pendidik utama adalah Tuhan lho), guru sebagai pendidik ketika anak-anak disekolah, pemerintah sebagai pengambil kebijakan (kurikulum, dll) dan masyarakat.
     Kepedulian pemerintah diwujudkan dengan perubahan kurikulum tahun 2013 nanti yang menitik beratkan pada “pendidikan karakter”, pemerintah menganggap hal-hal negatif yang terjadi pada remaja diakibatkan karena pendidikan karakter yang kurang di sekolah. Terlepas dari bentuk kurikulum 2013 yang akan diluncurkan oleh pemerintah marilah kita sadari bahwa factor penentu sifat dan karakter anak-anak adalah lingkungan dimana dia tinggal.
     Hal menarik yang perlu kita renungkan adalah mengenai  The Broken Window Theory  (Teori jendela yang rusak). Dalam bukunya yang berjudul The Tipping Point karya Malcolm Gladwell diceritakan bahwa pada tahun 1990-an walikota dan kepala polisi kota New York  membuat kebijakan yang unik untuk memberantas kriminalitas yang tinggi di kota itu. Kebijakan itu adalah membersihkan tanda-tanda ketidaktertiban  yang kecil, seperti corat-coret di dinding pinggir jalan, sampah di jalanan, dan sebagainya. Memang sepertinnya hal-hal remeh seperti itu tidak ada hubungannya dengan tindakan kriminal berat, tapi ternyata setelah peraturan ini diterapkan dengan konsisten, angka kriminalitas di kota itu menurun drastis. Mereka membuat kebijakan ini berdasarkan sebuah teori yang terkenal di kalangan para peneliti perilaku manusia yang disebut The Broken Window Theory .
     Teori yang dicetuskan oleh Wilson dan Kelling ini menyatakan bahwa munculnya tanda perilaku
kriminal yang tidak tertib tapi remeh akan memicu perilaku kriminal
yang lebih tidak tertib. Akibatnya, ketidaktertiban akan tersebar. Karena itu, apabila kita ingin mencegah penyebaran tindakan kriminalitas, kita mesti segera menghilangkan tanda-tanda kriminal yang remeh dulu. Ibaratnya, kalau ada tanda ketidaktertiban kecil yang nampak berupa jendela rusak, dan jendela itu tidak segera diperbaiki pemiliknya, maka  orang-orang yang melihat jendela rusak itu akan terpicu untuk bertindak kriminal yang lebih kacau. Misalnya melempari jendela rusak itu dengan batu. Agar itu tidak terjadi, jendela yang rusak itu harus segera diperbaiki.
     Teori ini makin terkenal sejak suksesnya pemerintah kota New York itu. Meski begitu, banyak yang mempertanyakan kebenaran teori ini karena kurangnya bukti hasil eksperimen yang mendukungnya. Selain itu, teori ini tidak menjelaskan faktor apa sebenarnya yang membentuk ketidaktertiban. Untuk menguji teori ini, Kees Keizer, Siegwart Lindenberg, dan Linda Steg dari Universitas Groningen mengadakan serangkaian eksperimen di tempat yang ramai dikunjungi orang. Paper penelitian mereka dipublikasikan dalam majalah Science edisi 12 Desember 2008 dengan judul The Spreading of Disorder.
Eksperimen 1 : Perilaku Membuang Sampah
     Dalam setiap eksperimen mereka, para peneliti itu merancang dua kondisi yang berbeda, yaitu kondisi tertib dan kondisi tidak tertib.Eksperimen pertama berlokasi di sebuah gang di kawasan pertokoan yang di sana orang biasa memarkir sepeda. Para peneliti membuat kondisi tertib dan tidak tertib. Pada kondisi tertib dinding gang dibuat bersih dari grafiti (corat-coret). Pada kondisi tidak tertib, dinding itu ditutup dengan grafiti. Pada setiap kondisi dipasang juga di situ tanda larangan berbentuk lingkaran merah dengan tulisan "Graffiti", yang berarti dilarang corat-coret di dinding. Tanda itu sangat mudah dikenali semua orang yang lewat di gang itu. Saat eksperimen berlangsung, baik dalam kondisi tertib maupun kondisi tidak tertib, sejumlah 77 orang memarkir sepedanya di situ. Tanpa sepengetahuan mereka, pamflet berisi ucapan selamat liburan dipasang di stang sepeda mereka. Pemilik sepeda akan merasa terpaksa menyingkirkannya supaya bisa menggunakan stang sepeda dengan mudah. Di tempat itu juga tidak disediakan tempat sampah.
      Kondisi ini sengaja dirancang oleh
para peneliti untuk melihat apa yang akan dilakukan para pemilik
sepeda. Apakah mereka akan bertindak tertib dengan membawa pamflet
itu untuk dibuang di tempat sampah yang lokasinya jauh dari situ ataukah mereka akan membuang pamflet itu sembarangan (membuang ke tanah atau menggantungkannya di sepeda lain). Ternyata, dalam kondisi tertib (tanpa corat-coret di dinding)  sebanyak 33% dari 77 orang pemilik sepeda itu membuang sampah sembarangan, sedangkan dalam kondisi tidak tertib sebanyak 69% membuang sampah sembarangan.
      Pada
eksperimen ini nampak perbedaan yang nyata perilaku para pemilik sepeda dalam kondisi tertib dan tidak tertib. Pada kondisi tertib, saat mereka melihat aturan corat-coret di dinding dipatuhi, hanya 33% yang membuang sampah sembarangan. Akan tetapi, dalam kondisi tidak teratur, ketika mereka melihat larangan corat-coret dinding itu dilanggar, jumlah orang yang membuang sampah sembarangan naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan jumlah dalam kondisi teratur. Kenyataan ini terkait dengan norma sosial yang sudah disetujui secara umum dalam setiap kondisi, yaitu bahwa membuang sampah sembarangan itu tidak baik. Bagaimana halnya dengan aturan yang bukan norma sosial, melainkan aturan yang dibuat oleh lembaga tertentu dalam kondisi tertentu?
Eksperimen 2 : Perilaku Mengembalikan Kereta Belanja
     Eksperimen lainnya mencoba menjawab pertanyaan ini. Eksperimen ini berlokasi di tempat parkir yang berdekatan dengan sebuah supermarket dan klub kesehatan. Perusahaan pemilik supermarket itu membuat aturan bahwa pembeli yang menggunakan kereta belanja dan membawa kereta belanja itu ke tempat parkir harus mengembalikan kereta belanja itu ke supermarket setelah barang belanjaan di kereta belanja itu dimasukkan ke mobilnya. Sebuah stiker yang sangat mencolok bertuliskan "Please return your shopping carts" ("Mohon kembalikan kereta belanja Anda") dipasang di pintu-pintu masuk tempat parkir tersebut. Para peneliti merancang dua kondisi, yaitu kondisi teratur dan tidak teratur. Pada kondisi teratur, di tempat parkir sama sekali tidak ada kereta belanja yang belum dikembalikan. Pada kondisi tidak teratur, di tempat parkir itu nampak empat kereta belanja yang berserakan, yang menunjukkan bahwa kereta-kereta belanja itu tidak dikembalikan ke supermarket setelah dipakai pembeli. Perlu diketahui juga bahwa kereta-kereta belanja yang digunakan dalam kondisi tidak teratur itu tidak memiliki sistem deposit koin (yang bisa mengembalikan uang koin yang disimpan saat mengambil kereta belanja). Artinya, tidak ada kerugian uang yang akan diderita pembeli bila tidak mengembalikan kereta belanja ke supermarket. Para peneliti itu juga mengoleskan minyak di pegangan kereta supaya tidak ada orang yang menyingkirkan kereta belanja yang berserakan itu. Mereka juga meletakkan pamflet (seperti pada eksperimen berikutnya) di kaca depan mobil-mobil yang diparkir di situ (di bagian yang menghadap sopir).
      Baik dalam
keadaan teratur maupun tidak teratur sejumlah 60 pengunjung diteliti perilakunya, apakah mereka akan membuang sampah berupa pamflet itu secara sembarangan ataukah mereka membawa sampah itu ke tempat sampah di luar area. Hasilnya, sebanyak 30% pengunjung membuang sampah sembarangan pada kondisi tertib dan 58% pengunjung membuang sampah sembarangan pada kondisi tidak tertib. Dengan demikian, dua eksperimen telah menunjukkan bahwa kondisi tidak tertib mendorong lebih banyak orang untuk membuang sampah sembarangan daripada kondisi tertib.
Eksperimen 3 : Perilaku Mencuri
     Ada eksperimen lainnya yang sangat menarik. Eksperimen ini ingin menguji apakah ketidaktertiban akan mendorong orang untuk mencuri. Para peneliti meletakkan sebuah amplop tepat di lubang kotak surat di pinggir jalan (ada bagian amplop yang tidak masuk ke kotak surat). Di amplop itu diselipkan selambar uang 5 euro dengan keadaan yang sangat jelas terlihat. Kotak surat itu sangat mudah dilihat orang yang mendekatinya. Para peneliti kemudian membuat 1 kondisi teratur dan 2 kondisi tidak teratur. Dalam kondisi teratur, kotak surat itu bersih dari corat-coret dan tanah di bawah kotak surat itu bersih dari sampah. Dalam kondisi tidak teratur yang pertama, kotak surat ditutup dengan corat-coret tapi tidak ada sampah di bawahnya. Kondisi tidak teratur kedua, kotak surat bersih dari corat-coret tapi sampah berserakan di bawahnya. Jangka waktu dan cuaca untuk ketiga kondisi tersebut sama. Para peneliti itu hendak melihat perilaku orang yang berjalan kaki sendirian yang melewati kotak pos itu, apakah dia mencuri uang 5 euro itu atau tidak. Membiarkan amplop atau mendorong amplop masuk ke kotak surat tidak dinilai mencuri, sedangkan membuka amplop atau mengambilnya dinilai mencuri. Pada kondisi teratur (tidak ada corat-coret dan tidak ada sampah), dari 71 orang yang diamati ada 13% orang yang mencuri amplop. Pada kondisi tidak teratur pertama (ada corat-coret), dari 60 orang yang diamati ada 27% orang mencuri amplop. Pada kondisi tidak teratur kedua (ada sampah berserakan), dari 72 orang yang diamati, ada 25% orang mencuri amplop.
      Eksperimen ini menarik karena ada korelasi antara ketidaktertiban membuang sampah dengan tindakan mencuri. Di Groningen membuang sampah sembarangan umumnya ditoleransi oleh polisi, sedangkan mencuri tidak ditoleransi. Karena itu, hasil eksperimen ini dapat diartikan bahwa sebuah ketidaktertiban (sampah atau corat-coret) secara nyata dapat menumbuhkan sebuah
ketidaktertiban baru (mencuri) dengan melemahkan niat untuk berperilaku yang benar.  Para peneliti itu juga melakukan dua eksperimen lainnya dengan beberapa variasi. Kemudian, mereka merumuskan penemuan mereka dengan mengatakan :
We found that, when people observe that others violated a certain social norm or legitimate rule, they are more likely to violate other norms or rules, which causes disorder to spread (Kami menemukan bahwa apabila sekelompok orang menyaksikan orang lain melanggar norma sosial  atau aturan hukum tertentu, sangat mungkin mereka akan melanggar norma atau aturan lainnya, yang menyebabkan tersebarnya ketidaktertiban). Dengan demikian, hasil eksperimen mereka telah mendukung The Broken Window. Bahkan, mereka mampu menjelaskannya dengan lebih rinci, yaitu bahwa ketidaktertiban itu akan tersebar apabila ada suatu aturan dalam lingkungan tertentu yang dilanggar oleh orang-orang di lingkungan tersebut dan tidak ada pihak yang mengoreksinya. Ketika orang lain menyaksikan pelanggaran itu, niat mereka untuk berbuat baik akan melemah, bahkan mereka akan terdorong untuk melakukan pelanggaran lain. Inilah yang pada akhirnya menyebabkan merebaknya kriminalitas.

     
Dalam  sebuah pengamatan secara acak, penulis pernah mengamati bahwa siswa yang masuk ke dalam ruangan yang bersih dan teratur akan bersikap lebih sopan dan tertib. Namun apabila ruangan yang mereka masuki  berantakan dan penuh coretan yang tidak teratur maka siswa cenderung akan bersikap seenaknya sendiri.
     Kaitannya dengan pendidikan di Indonesia marilah kita coba menata moral dan karakter siswa dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi alam pikiran mereka yang polos. Arus informasi memang tidak bisa dibendung namun yang lebih penting bagaimana anak-anak itu bisa membedakan mana hal yang pantas bagi mereka dan yang tidak. Jika ditelevisi anak biasa melihat sinetron dengan cerita-cerita yang kurang mendidik, disanalah mereka akan belajar. Apalagi jika mereka punya guru yang suka mengejek, maka kasus bullying menjadi hal yang lumrah. Apabila anak-anak tidak disiplin dan orang tua membiarkannya, maka mereka akan menganggap hal itu wajar. Silahkan anak-anak menonton televisi, maka sajikanlah tontonan yang bermutu, sajikanlah berita tentang perjuangan siswa diajang science internasional.  Internet bukan hal yang perlu dihindari tapi apa saja yang diakses anaklah yang perlu dicermati. Dan pendidikan moral harus dimulai dari rumah, berupa contoh dari orang tua, bukan teori yang dihafalkan.

Penulis : Esti Widiawati

Referensi :
Gladwell  Malcolm . 2000. The Tipping Point: How Little Things Can Make a Big Difference . Little Brown, United States.
Kees Keizer, Siegwart Lindenberg, dan Linda Steg. The Spreading of Disorder.Science.  12 December 2008:  Vol. 322 no. 5908 pp. 1681-1685