Kamis, 30 Mei 2019

PUASA DAN KESEHATAN MANUSIA



     Puasa atau bahasa Inggrisnya : Fasting bagi umat muslim bukan hal yang baru, salah satu rukun Islam adalah puasa pada bulan ramadhan.  Suatu hal yang menjadi wajib tentunya memiliki  alasan yang sangat mendasar kenapa Allah SWT menetapkan demikian.  Sebagai salah satu kewajiban dalam agama banyak orang yang melaksanakan puasa hanya sebagai kewajiban, tanpa menyadari  batapa banyak keuntungan yang akan kita peroleh ketika melaksanakan kewajiban tersebut dari segi kesehatan.  

     Berikut ini beberapa penelitian menunjukkan fakta bahwa banyak organ dalam tubuh kita yang menjadi lebih sehat setelah kita menjalankan puasa (fasting). Organ-organ tersebut antara lain : Hati, Ginjal, Kulit, Mata, Lambung, Telinga, Paru-paru.
Sebuah penelitian di Osaka Jepang, tahun 1930, menemukan fakta bahwa puasa mampu menaikkan kadar Leukosit darah yang berfungsi sebagai kekebalan tubuh. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa pada hari 1 sampai kari ke 6 berpuasa tidak terdapat pembentukan sel darah putih yang signifikan, setelah hari ke 7 sampai 10 penambahan jumlah sel darah putih meningkat pesat.
Penelitian terbaru pada tahun 1997 yang berjudul  Alteration in Lymphocyte Subsets and Pituitary-Adrenal Gland-Related Hormones During Fasting memperkuat penelitian sebelumnya dengan penelitian pada pasien ganggan psikosomatik menyebutkan bahwa puasa 7-10 hari dapat meningkatkan aktivitas NK cell (Natural Killer/ sel pembunuh kuman ) secara signifikan. Dalam artikelnya situs AntiAging-Europe.com juga menyebutkan bahwa puasa dapat mencegah dan menyembuhkan infeksi, meningkatkan kandungan Immunoglobulin dalam tubuh juga monocytes dan lympocyte. 

     Dr Otto Buchinger, seorang dokter dari Jerman melakukan penelitian mengenai puasa.  Dalam resepnya dia menyarankan pasiennya menjalankan puasa. Dalam beberapa hari berpuasa, telah terjadi peruntuhan zat-zat yang mengganggu atau zat yang menjadikan tubuh sakit misalnya zat-zat asing, nanah, getah penyakit dsb. Dengan berpuasa bahan-bahan tersebut akan kekurangan makanan sehingga meluruh dan diambil oleh darah untuk dikeluarkan. Dalam penelitian ini Dr Buchinger juga menemukan bahwa puasa dapat mempercepat penyembuhan penyakit radang selaput paru, telinga dan bisul. Selain itu puasa  juga menurunkan suhu tubuh sampai 0,5-1 derajat, banyaknya urine berkurang sehingga lebih banyak mengandung darah (darah kotor yang memang harus keluar). Puasa juga mempengaruhi  hati (lever), dimana dengan berpuasa maka kebuthan energi diambilkan dari glikogen, yang apabila sudah habis akan diambilkan dari lemak. Hal ini menyebabkan aktivitas empedu meningkat tapi  lama-lama akan berkurang. Kandungan empedu cenderung untuk mengempis dengan cepat sehingga kersik, lendir dan batu-batu akan keluar bersama dengan kotoran.

     Puasa bagi terapi penderita Diabetes sudah bukan menjadi hal baru, dalam bukunya Dr Bahar Azwar mengemukakan hubungan puasa dengan kerja kelenjar pankreas. Dimana pada orang yang berpuasa, pada saat kekurangan energi, otak akan memaksa kelenjar pankreas untuk mengeluarkan hormon insulin yang dapat mengurai glikogen yang tersimpan. Bila energi  yang didapat dari penguraian glikogen maka lemak yang menumpuk diberbagai tempat (pembuluh darah  koroner, bawah kulit, dll) akibatnya kerja jantung, hati usus dan ginjal akan lebih ringan karena lancarnya suplay oksigen.

     Hal menarik juga pernah dikemukakan Dr Tilden bahwa puasa dalam jangka waktu yang cukup dapat mencegah timbulnya hampir semua penyakit akut. Hal tersebut karena dengan berpuasa akan menurunkan akumulasi toksin dibawah batas toleransi. Puasa mampu membentuk satu kekebalan yang dapat bertahan dari segala penyakit. Jika pada satu tempat terjadi kasus epidemi (wabah penyakit), maka dianjurkan kepada masyarakat sekitar untuk segera berpuasa selama beberapa hari, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penyebarannya karena puasa dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

      Bahkan menjadi hal yang menarik karena Hipocrates seorang dokter yang dianggap bapak kesehatan modern mengatakan, “jika kamu merasa demam, sebaiknya kamu berpuasa”.  Hal senada juga dikatakan oleh Benjamin Franklin, “The best of all medicines are rest and fasting” (obat terbaik dari segala obat adalah puasa dan istrirahat). Inti dari sema ini adalah jika kita sakit, maka puasa adalah salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi lamanya dan gejala rasa sakit. Hal ini dikarenakan puasa lebih bersifat detoksifikasi , suatu cara istirahat kimiawi (chemical rest) bagi organ-organ dalam tubuh.

     Sedemikian banyaknya manfaat puasa yang mungkin lebih banyak keutamaanya yang belum ditemukan manusia. Sehingga puasa bagi umat Muslim menjadi kewajiban seperti dalam  firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah] ayat 183 :
َيَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas umat-umat sebelum kamu, agar kamu bertakwa."
Sedangkan Rasulullah sendiri bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim : “bahwa puasa itu perisai (junnah)”. Perisai dalam hal ini dapat diartikan sebagai benteng (yang melindungi) manusia dari penyakit baik secara jasmani maupun rohani. Misalnya penyakit sombong, mengumbar hawa nafsu, dan berlebihan (boros).

     Demikianlah tidak ada satupun kewajiban yang tidak membawa kemanfaatan bagi kita, maka wajib pula bagi kita untuk menjalankannya dengan penuh keiklasan dan rasa syukur.

Anti Aging . 2005. Fasting and Cleansing Program. www.AntiAging-Europe.com
Azwar Bahar. 2005. Manfaat Puasa Menurut Ilmu Kesehatan. Tangerang : PT Kawan Pustaka.
Narulita Sari. 2004. Sehat dengan Pasa; dalam Hidayah.

Selasa, 07 Mei 2019

PEMANFAATAN MEDSOS DALAM PEMBELAJARAN IPA


Media Sosial di Indonesia mulai merebak sekitar awal tahun 2013, seiring dengan mulai menjamurnya gawai. Sebegitu maraknya sehingga hampir setiap orang memiliki gawai, termasuk anak-anak yang notabene belum waktunya memiliki dan menggunakannya. Untuk menyikapi kemajuan teknologi tersebut hendaknya orang tua dan guru dapat bersikap bijak. Penggunaan gawai semestinya dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas pembelajaran.
Menurut pakar pendidikan, pembelajaran pada dasarnya adalah perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya. Dalam konsep pembelajaran ini ada 3 kriteria : pembelajaran melibatkan perubahan, pembelajaran bertahan lama seiring dengan waktu, dan pembelajaran terjadi melalui pengalaman.
Seorang siswa dikatakan belajar jika ada perubahan perilaku, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, hasil akhir biasanya kita ambil sebagai bahan penilaian hasil belajar. Perubahan tersebut pula seyogyanya bertahan lama, misalnya seorang siswa mampu meloncat sejauh 3 m, maka apabila diminta mengulangi dia harus bisa melakukannya lagi. Sedangkan kriteria pembelajaran melalui pengalaman ini sebenarnya dasar dari teori konstruktivisme, dimana siswa mendapatkan pengetahuannya dari lingkungan, melalui pengamatan, pemecahan masalah sehari-hari, dll.
Menurut seorang pakar pendidikan, Dr. Pamela Phelps, selain memori emosi juga dapat membantu mengarahkan perhatian siswa dalam pembelajaran. Hal ini juga didukung oleh  Judy Willis, seorang guru sekaligus neurolog,  dalam tulisannya menyatakan bahwa ada bagian dalam otak yang disebut amigdala. Ketika seorang siswa merasa tak berdaya dan gelisah, maka amigdala ini akan berada dalam kondisi stress, takut atau terlalu teraktifkan karena gelisah. Hal ini menyebabkan informasi baru yang masuk ke wilayah penerima sensor inderawi di dalam otak tidak bisa melewati amigdala untuk mendapatkan akses menuju sirkuit memori.
Pernyataan Phelps dan Dr Willis ini menginspirasi penulis untuk bagaimana mengemas pembelajaran menjadi menyenangkan, bukan sesuatu momok yang menakutkan. Apalagi penulis mengampu mata pelajaran IPA yang oleh sebagian siswa dianggap sulit. Prinsip yang ingin ditekankan disini adalah bahwa belajar haruslah sesuatu yang menyenangkan, dapat dilakukan dengan rileks, dan dekat dengan kehidupan anak-anak (siswa).  Diharapkan  pembelajaran yang menyenangkan dapat  mempermudah otak dalam menyimpan informasi ke memori jangka panjang. Dalam artikel ini penulis menggunakan media sosial Facebook dalam pembelajaran IPA. Facebook ini digunakan untuk mendapatkan feedback dari siswa mengenai daya serap materi yang telah disampaikan guru berupa pengumpulan artikel setiap akhir KD  (Kompetensi Dasar) maupun berupa mind map ringkasan materi yang sudah diterima siswa. Selain itu guru juga dapat menggunakan fasilitas chatting untuk membahas materi-materi yang kurang jelas.
Saat ini facebook merupakan salah satu media sosial yang cukup akrab di kalangan siswa. Pemilihan facebook sebagai fasilitas pembelajaran didasarkan alasan bahwa menurut pengamatan penulis, hampir 90% siswa memiliki akun di fb. Dan merekapun sangat narsis alias suka memposting beberapa tulisan muskipun sekedar cerita-cerita kecil, foto, dll. Penulis merasa mengapa kita tidak mendekati siswa dengan sesuatu yang sudah akrab dengan kehidupan mereka, dan yang mereka sukai. Tugas yang diberikan guru meskipun agak sulit namun apabila hal tersebut terasa menyenangkan akan dilakukan dengan senang hati oleh mereka.
Syarat pertama yang harus terpenuhi adalah kita dan siswa yang kita ajar terkoneksi internet (facebook). Hal ini rasanya tidak terlalu sulit karena hampir semua gawai telah dilengkapi dengan fasilitas internet dan kemudahan dalam penggunaan kartu (sim card) prabayar yang lumayan hemat. Syarat kedua adalah memiliki akun Facebook, memiliki grup, dan pastikan semua siswa tergabung dalam grup tersebut.
Sistem penilaian yang digunakan guru meliputi isi makalah/tugas (kesesuaian antara apa yang ditagihkan dan yang dikerjakan siswa), tampilan (khususnya pada tugas mind map), dan ketepatan waktu pengumpulan (sebaiknya setiap tugas dilengkapi batas akhir pengumpulan, sehingga siswa terbiasa disiplin dalam pengerjaan tugas). Ketiga penilaian diatas dilakukan oleh guru, selain itu dapat juga dipertimbangkan penilaian yang dilakukan oleh teman sendiri. Caranya setelah batas akhir pengumpulan tugas guru dapat menampilkan hasil karya siswa di posting, siswa lain dapat mengklik “like” untuk menunjukkan apresiasi terhadap karya temannya tersebut. Penilaian yang dilakukan teman hanya sebatas popularitas (subyektif), namun hal ini dapat menjadi semangat untuk mengerjakan.
Pembelajaran dengan memanfaatkan media sosial hanyalah suatu sarana, siswa diajak berdiskusi, mengerjakan tugas namun mereka tetap senang, tidak merasa terbebani.
-- artikel ini pernah dimuat di media Jawa Pos tgl 17 maret 2019 klik link














Penulis : Esti Widiawati