Minggu, 03 Juli 2016

Guru Melanggar Hak Asasi Anak atau Orang Tua yang terlalu Protektif ?


Entah mental seperti apa yang akan dimiliki oleh Indonesia kedepannya....

Akhir akhir ini saya banyak mengamati berita tentang pendidik yang harus berakhir dipenjara hanya karena mendidik dengan cara yg dirasa oleh beberapa pihak ''diluar hak asasi anak''

Yang lebih membuat saya terheran adalah dengan adanya kebijakan kebijakan dari sekolah sekolah formal untuk menaikkan dan meluluskan anak didiknya bagaimanpun kondisi siswa... (SD,SMP,SMA)
Sedang kondisi siswa tersebut :
1. Tidak disiplin
Sering bolos dan meninggalkan jam pelajaran, tidak mengerjakan tugas, melanggar tata tertib sekolah, tidak mengikuti ujian, tidak mengikuti remidi, tidak pernah mengikuti ulangan dikelas, tidur dikelas, tidak memperhatikan guru,tidak pernah ikut upacara disekolah, tidak pernah menjalankan piket
2. Tidak berkahlak
Sering berantem,tawuran, mencaci maki guru dan teman, tidak ada budi pekerti dan sopan santun, tidak mengikuti kegiatan keagamaan, membantah orangtua, ugal ugalan dijalan, naik kendaraan pribadi yang belum sesuai usianya,
3. Tidak mampu mengikuti kurikulum pelajaran
Kemampuan menerima materi atau menyerap materi yang disampaikan sangat rendah, konsep pemahaman lemah, kemampuan masih ditingkat bawahnya, kemampuan komunikasi dan sosialisasi sangat buruk

Logikanya,, anak dengan minimal 1 kategori diatas, maka seharusnya pihak sekolah tidak menaikkan siswa tersebut/tidak meluluskan siswa tersebut ke jenjang diatasnya...
Tapi nyatanya.... Semua rapot menyimpulkan kondisi siswa baik dan dapat naik kelas/lulus,dll

Lalu darimana nilai ''kebaikan dan pemenuhan syarat' 'itu didapat?????
Bagaimana siswa dapat nilai KKM sedang kondisi siswa di kategori ke 3 (yg sy uraikan diatas)
Oke, mungkin ada nilai tambahan yg didapat dari akhlak dan kedisiplinan... Tapi kalau point 1 dan 2 juga tidak terpenuhi maka nilai tambahan ( penilaian ) didapat dari mana???

Okelah.. Keputusan wajib menaikkan siswa ada postip dan negatifnya
Positifnya.. Kondisi psikologis,, mungkin siswa tidak akan ada rasa malu dan tidak ada rasa kurang percaya diri karena pasti akan naik/lulus.
Akan mengurangi tingkat depresi siswa hingga kasus bunuh diri anak yang dulu sering terjadi dan menjadi fenomena ''pengumuman kelulusan/kenaikan kelas''
Selain itu siswa menjadi tidak terlalu tertekan dengan segala peraturan yang ada disekolah, tidak terlalu terbebani dg tugas dan kewajiban sebagai siswa
Tingkat kasus''mencontek ''juga menurun, kasus beli soal dan kunci jawaban juga menurun... Y dunk, buat apa mencontek dan buat apa beli kunci jawaban,, kan berapapun hasil tes tetap aja naik tetap aja lulus..

Negatifnya... Anak lalai, seenaknya sendiri, sombong, tidak ada tanggungjawab, tidak ada kesungguhan,
Perlu diingat, anak disekolahkan itu untuk menjadi pintar,, bukan hanya pintar diprestasi tetapi pintar dalam emosi, akhlak, sosialisasi, komunikasi ,budi pekerti,sopan santun, jujur, pribadi tangguh tanggung jawab,dll yang mungkin saja kurang didapat dirumah
Bayangkan saja, secara mudahnya, bila anak belum mampu mengenal angka ..mana mungkin anak bisa berhitung penjumlahan,, bila anak belum mampu membaca mana mungkin anak bisa menyusun paragraf atau menulis karangan deskriptif. Bagaimana anak mampu membedakan hal yang baik dan yang buruk ataupun benar atau salah bila tidak pernah dikenalkan dg teguran ataupun pujian.

Dan perlu diingat juga,, anak yg masih suka melanggar tata tertib, dan kemampuan penerimaan materi masih rendah,, artinya kondisi paikologis anak tersebut belum siap. Mungkin saja usia sudah seharusnya tetapi usia mentalnya masih jauh dibawah usia sebenarnya...
Bila tetap naik.. Bukannya itu namnya pemaksaan??? Tau sendiri bila anak dipaksakan....
Anak bisa saja jadi pemberontak, bisa jadi malah introvert atau malah depresi...
Mau????????

Tidak semua anak bisa diperlakukan sama. Mungkin siswa A hanya ditegur halus sudah bisa memperbaiki diri, tetapi tidak dengan siswa B yang harus ditegur dengan sedikit punisment kecil,, misal berdiri didepan kelas, lari dilapangan, dll yang saya rasa semua guru sudah memperhitungkan efek positif negatif dari hukuman yang diberikan. Tidak mungkin ekstreem seperti harus lari lapangan seratus putaran dengan ukuran lapangan 200hektar hanya karena siswa mengantuk dikelas.

Helooooo.. Guru juga manusia yang pernah kecil dan punya keluarga yang g mungkin mau bila misalnya keluarganya ( anaknya) diberi punisment yg dluar batas kewajaran. Dan guru juga g mungkin memberikan hukuman yg membahayakan siswa,

karena kembali lagi itu siswa anak orang dan guru hanya dititipi,, kalau ada apa apa dg siswa krn hukuman yg berlebihan , misal siswa jadi meninggal, koma, ataupun gila maka pertanggung jawaban guru bukan hanya pada ortu tetapi juga pada Tuhannya.
Jadi tidak mungkin guru memberikan punishment dluar batas kemampuan siswa dan diluar kewajaran. CATET..!!!!!!!

Dan perlu orangtua sadari..
Putra putri anda ,anda sekolahkan anda titipkan disekolah , anda titipkan kepada pihaknsekolah ,,guru,kepala sekolah, pak bon dan semua warga disekolah ( termasuk hantu penghuni sekolah.. Hahahah.. ) untuk apa.. Untuk menjadikan putra putri anda menjadi lebih baik, lebih mandiri , menjadi pribadi bertanggungjawab, jujur,supel,cerdas dan mampu menyelesaikan masalah dg cara yg baik dan benar. Anda menitipkan anak disekolah juga karena anda tidak ada waktu dirumah untuk membimbing anak anak anda,, kalau ada berarti anda bisa mendidik anak anda sendiri,membuat lembaga sendiri dan mengeluarkan ijasah sendiri, mengajari anak sendiri, yaaah seperti homeschooling buat putra putri anda sendiri.

Kalau anda tidak bisa memenuhi pwndidikan anak anda, blm mampu memberikan homeschooling sendiri.. Artinya anda butuh bantuan pihak lain untuk memenuhi itu semua. Pihak lain itu adalah guru disekolah....
Kalau sudah dititipkan, maka kita percayakan pada pihak sekolah... Karena dg kita beri kepercayaan yg besar pada pihak sekolah maka pihak sekolahpun akan bertanggungjawab penuh menjaga kepercayaan para orangtua... Dan mewujudkan putra putri anda menjadi seperti apa yang kita semua harapkan.. Minimal semampunya...

Tetapi karena disekolah hanya beberapa jam saja, sedang waktu sisa yang lain adalah diluar sekolah,,, maka ortu tetap harus memantau dan menguatkan apa saja yg telah didapat disekolah dan di kuatkan/diulang kembali dirumah... Itulah yg disebut dukungan

Lalu,, apa yg (seharusnya) wajib kita laporkan ke pihak berwajib tentang sekolah??? Yaaa.. Tentu saja yg menyimpang,, misal pihak sekolah ada yng melakukan pelecehan seksual, pihak sekolah membunuh ,dan hal hal ekstreem lainnya...
Itupun tidak demgan langsung tuduh,lapor penjara,, tetapi kita telusuri dulu sebab akibat danruntutan kejadian...

Yaaah... Intinya,,, ortu dan guru harusnya selalu ada komunikasi yang baik, saling kooperatif,dukungan, ada kepercayaan dan tanggung jwab dimasing - masing pihak, dan melakukan tugasnya sesuai porsinya... Insyaallah... Kondisi yg seperti akhir akhir ini menjadi pemberitaan tidak mungkin terjadi..

‪#‎solusi‬ dari saya : banyak banyaklah ortu bekerjasam dengan pihak sekolah terutama guru BK ,, kita manfaatkan dengan maksimal fasilitas yg diberikan oleh guru BK. Kita pantau putra putri kita dari guru BK .. Bila ada kesulitan dalam menghadapi putra putrinya, BK punya solusi....
Saya yakin bila ada pemantauan, kerjasama yg baik antara guru dan ortu maka tindakan diluar batas kewajaran tidak akan terjadi...

Wallahualam...

Semoga kita bisa menjadi ortu yg cerdas... Sahabat yang baik buat anak dan walimurid yang kooperatif...
Anak yang cerdas lahir dari ibu yang cerdas,, anak yang sopan juga lahir dari ortu yang sopan..

Ibu cerdas untuk anak anak cerdas..( cerdas dari berbagai sisi) ....

Selamat pagi

Penulis : Viena Widayani, S.Psi
Owner Rumah Belajar Anak