Rabu, 22 Februari 2012

TEORI BELAJAR


Live Long Education, merupakan pepatah barat yang kira-kira dapat diartikan bahwa belajar adalah pekerjaan sepajang hayat. Untuk seseorang dalam hal ini pebelajar (orang yang sedang belajar/siswa) mampu melakukannya maka diperlukan penciptaan lingkungan yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab pebelajar untuk melakukannya sepanjang hayat. Dalam tulisan Lazanov (1978) yang dikutip oleh DePorter, B.,( 2002: 3) dalam bukunya Quantum Learning, mengatakan bahwa sampai sejauh mana seorang guru mampu mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajarannya, maka sejauh itu pula proses belajar mengajar itu berlangsung Ini berarti. Sehingga dalam pembelajaran diharapkan dapat mengarahkan perhatian siswa ke dalam nuansa proses belajar seumur hidup dan tak terlupakan.
Menurut Gagne (1977), belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap pribadi (hasil) yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal dilingkungan pribadi yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran berupa metode pembelajaran ( Miarso, 2004). Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar. Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks, dimana melibatkan setiap kata, pikiran, tindakan, dan juga asosiasi. Menurut Sadia (2006) terdapat empat pilar pendidikan seumur hidup yang ditetapkan oleh UNESCO, yaitu 1) to learn to know (belajar untuk berpengetahuan), 2) to learn to do (belajar untuk berbuat), 3) to learn to live together (belajar untuk dapat hidup bersama), dan 4) to learn to be (belajar untuk jati diri).
Banyak studi menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang, dan ramah. Untuk itu diperlukan membangun ikatan emosianal dengan siswa, yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan ancaman. Hal ini merupakan faktor yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang baik. Dengan kondisi seperti itu, siswa lebih sering ikut serta dalam kegiatan sukarela yang berhubungan dengan bahan pelajaran (Walberg, 1997 dalam DePorter, B., 2002: 23). Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam terhadap fenomena belajar dan pembelajaran yang terdapat dalam Teori Belajar.
Ada beberapa pendapat yang rancu mengenai Teori Belajar dan Teori Pembelajaran. Menurut Bruner dalam Degeng, (1989), Teori belajar adalah deskriptif, karena tujuan utamanya memeriksa proses belajar. Sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif, karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal (Budiningsih, 2005: 11). Teori belajar lebih fokus kepada bagaimana peserta didik belajar, sehingga berhubungan dengan variabel-variabel yang menentukan hasil belajar. Dalam teori belajar, kondisi dan metode pembelajaran merupakan variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Dengan demikian, dalam pengembangan teori belajar, variabel yang diamati adalah hasil belajar sebagai efek dari interaksi antara metode dan kondisi. Hasil yang diamati adalah hasil pembelajaran nyata (actual outcomes) dalam pengertian probabilistik, yaitu hasil pembelajaran yang mungkin muncul, dan bisa jadi bukan merupakan hasil pembelajaran yang dinginkan. Oleh karena teori belajar adalah deskriptif.
Teori Belajar sebenarnya sudah ada sebelum abad ke-20, yang termasuk didalamnya adalah disiplin mental, teori pengembangan alamiah, dan teori apersepsi. Teori belajar sebelum abad ke-20 dikembangkan berdasarkan pemikiran filosofis atau spekulatif, tanpa dilandasi eksperimen. Setelah abad ke-20 mulailah para ahli merumuskan Teori Belajar yang diperoleh dari berbagai eksperimen yang kemudian dibagi dalam dua kategori yaitu : teori belajar perilaku (behavioristik) dan teori belajar Gestalt-fieldTeori belajar perilaku (behavioristik), berlandaskan kepada stimulus-respons sedangkan teori belajar Gestalt-field, berlandaskan kepada segi kognitif (Ali, 2000: 20). Sehingga dapat dikatakan bahwa aliran behavioristik menekankan pada terbentuknya perilaku yang nampak sebagai hasil belajar, sedangkan aliran kognitif lebih menekankan pada pembentukan perilaku internal yang sangat mempengaruhi perilaku yang nampak tersebut.
Teori Belajar Behavioristik
Beberapa teori belajar perilaku (behavioristik), diantaranya Teori Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov dan didukung oleh John B Watson, Teori Law Of Effect oleh Edward Lee Thorndike dengan pendukungnya Clark Hull, serta Teori Operant Conditioning oleh Skiner (Dahar, 1989: 39). Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gagne, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus (apa yang diberikan guru) dan output yang berupa respon (reaksi/ tanggapan siswa terhadap stimulus), sedangkan proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila stimulus dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin lemah atau bahkan hilang.
 Teori Belajar Kognitif / Kostuktivisme
Sedangkan teori belajar kognitif, meliputi teori belajar bermakna oleh Ausubel, teori belajar pemahaman konsep oleh Jerome Bruner, teori Webteaching oleh Norman, teori Hirarki belajar oleh Gagne, teori belajar Gestalt-field, dan teori perkembangan oleh Piaget.  Teori Piaget biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif.  Teori belajar Piaget berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa (ada 4 tahapan).  Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan teori Piaget sangat berkaitan dengan teori belajar konstruktivistik (Ruseffendi, 1988 dalam Hamzah, 2001). Pernyataan ini didukung oleh Sadia (2006), yang mengemukakan bahwa pandangan konstruktivisme berakar pada teori struktur genetik Piaget. Berdasarkan teori perkembangan kognitif yang dikembangkannya, Piaget juga dikenal sebagai konstruktivis pertama.
Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, keaktifan siswa menjadi unsur yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. 
PERBEDAAN ANTARA KE DUA TEORI
NO
TEORI BEHAVIORISME
TEORI KONSTRUKTIVISME
1
Memiliki paradigma keteraturan
Memiliki paradigma kesemrawutan/ tidak teratur
2
Pengetahuan adalah objektif, pasti, dan tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi.

Pengetahuan adalah non-objective, temporer, selalu berubah, dan tidak menentu.
3
Belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindah-kan pengetahuan ke orang yang belajar.
Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah menata lingkungan agar siswa Termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan.
4
Mementingkan hasil belajar
Menitikberatkan pada proses perolehan pengetahuan
5
Siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.
Siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.

6
Fungsi pikiran adalah men-jiplak struktur pengetahuan melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan

Fungsi pikiran sebagai alat untuk menginterpretasi peris-tiwa, objek, atau perspektif yang ada dalam dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan bersifat unik dan individualistik


Ditulis oleh : Esti W Mulyanto

Referensi :
Dahar, R.W. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: P2LPTK
DePorter, B. 2002. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Ruang Kelas. Penerjemah, Ary Nilandari. Edisi 1. Cetakan ke-10. Bandung: Kaifa
Sadia, I W. 2006. Model Pembelajaran Konstruktivistik (Suatu Model Pembelajaran Berdasarkan Paradigma Konstruktivisme). Materi Perkuliahan Landasan Pembelajaran. PPS Undiksha Singaraja




Minggu, 19 Februari 2012

PUASA DAN KESEHATAN MANUSIA


     Puasa atau bahasa Inggrisnya : Fasting bagi umat muslim bukan hal yang baru, salah satu rukun Islam adalah puasa pada bulan ramadhan.  Suatu hal yang menjadi wajib tentunya memiliki  alasan yang sangat mendasar kenapa Allah SWT menetapkan demikian.  Sebagai salah satu kewajiban dalam agama banyak orang yang melaksanakan puasa hanya sebagai kewajiban, tanpa menyadari  batapa banyak keuntungan yang akan kita peroleh ketika melaksanakan kewajiban tersebut dari segi kesehatan.  

     Berikut ini beberapa penelitian menunjukkan fakta bahwa banyak organ dalam tubuh kita yang menjadi lebih sehat setelah kita menjalankan puasa (fasting). Organ-organ tersebut antara lain : Hati, Ginjal, Kulit, Mata, Lambung, Telinga, Paru-paru.

     Sebuah penelitian di Osaka Jepang, tahun 1930, menemukan fakta bahwa puasa mampu menaikkan kadar Leukosit darah yang berfungsi sebagai kekebalan tubuh. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa pada hari 1 sampai kari ke 6 berpuasa tidak terdapat pembentukan sel darah putih yang signifikan, setelah hari ke 7 sampai 10 penambahan jumlah sel darah putih meningkat pesat.

     Penelitian terbaru pada tahun 1997 yang berjudul  Alteration in Lymphocyte Subsets and Pituitary-Adrenal Gland-Related Hormones During Fasting memperkuat penelitian sebelumnya dengan penelitian pada pasien ganggan psikosomatik menyebutkan bahwa puasa 7-10 hari dapat meningkatkan aktivitas NK cell (Natural Killer/ sel pembunuh kuman ) secara signifikan.


     Dalam artikelnya situs AntiAging-Europe.com juga menyebutkan bahwa puasa dapat mencegah dan menyembuhkan infeksi, meningkatkan kandungan Immunoglobulin dalam tubuh juga monocytes dan lympocyte.


     Dr Otto Buchinger, seorang dokter dari Jerman melakukan penelitian mengenai puasa.  Dalam resepnya dia menyarankan pasiennya menjalankan puasa. Dalam beberapa hari berpuasa, telah terjadi peruntuhan zat-zat yang mengganggu atau zat yang menjadikan tubuh sakit misalnya zat-zat asing, nanah, getah penyakit dsb. Dengan berpuasa bahan-bahan tersebut akan kekurangan makanan sehingga meluruh dan diambil oleh darah untuk dikeluarkan. Dalam penelitian ini Dr Buchinger juga menemukan bahwa puasa dapat mempercepat penyembuhan penyakit radang selaput paru, telinga dan bisul. Selain itu puasa  juga menurunkan suhu tubuh sampai 0,5-1 derajat, banyaknya urine berkurang sehingga lebih banyak mengandung darah (darah kotor yang memang harus keluar). Puasa juga mempengaruhi  hati (lever), dimana dengan berpuasa maka kebuthan energi diambilkan dari glikogen, yang apabila sudah habis akan diambilkan dari lemak. Hal ini menyebabkan aktivitas empedu meningkat tapi  lama-lama akan berkurang. Kandungan empedu cenderung untuk mengempis dengan cepat sehingga kersik, lendir dan batu-batu akan keluar bersama dengan kotoran.

     Puasa bagi terapi penderita Diabetes sudah bukan menjadi hal baru, dalam bukunya Dr Bahar Azwar mengemukakan hubungan puasa dengan kerja kelenjar pankreas. Dimana pada orang yang berpuasa, pada saat kekurangan energi, otak akan memaksa kelenjar pankreas untuk mengeluarkan hormon insulin yang dapat mengurai glikogen yang tersimpan. Bila energi  yang didapat dari penguraian glikogen maka lemak yang menumpuk diberbagai tempat (pembuluh darah  koroner, bawah kulit, dll) akibatnya kerja jantung, hati usus dan ginjal akan lebih ringan karena lancarnya suplay oksigen.

     Hal menarik juga pernah dikemukakan Dr Tilden bahwa puasa dalam jangka waktu yang cukup dapat mencegah timbulnya hampir semua penyakit akut. Hal tersebut karena dengan berpuasa akan menurunkan akumulasi toksin dibawah batas toleransi. Puasa mampu membentuk satu kekebalan yang dapat bertahan dari segala penyakit. Jika pada satu tempat terjadi kasus epidemi (wabah penyakit), maka dianjurkan kepada masyarakat sekitar untuk segera berpuasa selama beberapa hari, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penyebarannya karena puasa dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

     Bahkan menjadi hal yang menarik karena Hipocrates seorang dokter yang dianggap bapak kesehatan modern mengatakan, “jika kamu merasa demam, sebaiknya kamu berpuasa”.  Hal senada juga dikatakan oleh Benjamin Franklin, “The best of all medicines are rest and fasting (obat terbaik dari segala obat adalah puasa dan istrirahat). Inti dari sema ini adalah jika kita sakit, maka puasa adalah salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi lamanya dan gejala rasa sakit. Hal ini dikarenakan puasa lebih bersifat detoksifikasi , suatu cara istirahat kimiawi (chemical rest) bagi organ-organ dalam tubuh.

     Sedemikian banyaknya manfaat puasa yang mungkin lebih banyak keutamaanya yang belum ditemukan manusia. Sehingga puasa bagi umat Muslim menjadi kewajiban seperti dalam  firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 183 :

َيَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas umat-umat sebelum kamu, agar kamu bertakwa."
     Sedangkan Rasulullah sendiri bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim : “Bahwa puasa itu perisai (junnah)”. Perisai dalam hal ini dapat diartikan sebagai benteng (yang melindungi) manusia dari penyakit baik secara jasmani maupun rohani. Misalnya penyakit sombong, mengumbar hawa nafsu, dan berlebihan (boros).

     Demikianlah tidak ada satupun kewajiban yang tidak membawa kemanfaatan bagi kita, maka wajib pula bagi kita untuk menjalankannya dengan penuh keiklasan dan rasa syukur.

Ditulis Oleh : Dhahir Tamam

Sumber :
Anti Aging . 2005. Fasting and Cleansing Program. www.AntiAging-Europe.com
Azwar Bahar. 2005. Manfaat Puasa Menurut Ilmu Kesehatan. Tangerang : PT Kawan Pustaka.
Narulita Sari. 2004. Sehat dengan Puasa; dalam Hidayah.